Kamis, 06 Januari 2011

Sejarah PUSDIK BEKANG

  Pada awal perjuangan fisik, ketika merebut dan mempertahankan kemerdekaan NKRI, kegiatan pembekalan maupun angkutan telah lahir, tumbuh dan berkembang walaupun masih sangat terbatas dan bersifat kedaerahan. Spontanitas kegiatan pembekalan dan angkutan tersebut belum di organisir secara baik, tertib dan teratur. Seiring dengan pengakuan kedaulatan pemerintah Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda, maka dibentuklah organisasi Jawatan Pembekalan Angkutan Tentara (DPAT) pada tanggal 27 Desember 1949 yang merupakan peleburan dari Jawatan Perlengkapan Angkatan Darat (DPAD) yang membidani fungsi pembekalan dan Inspektorat Pengangkutan Staf Khusus Angkatan Darat (IPSKAD) yang membidani fungsi angkutan.

  Sebagai kelanjutan dari pengakuan kedaulatan tersebut, pemerintah Belanda secara bertahap menyerahkan instansi-instansi yang dikuasainya kepada pemerintah RI. Salah satu diantaranya adalah penyerahan badan pendidikan dan latihan pembekalan angkutan TNI AD atau dikenal dengan istilah Depot Verplegings dan Transport Dienst yang berada di Cimahi, dibawah pimpinan Kapten Knil P.G.H.R. Zuiderhoudt. Penyerahan lembaga pendidikan secara resmi dilakukan pada tanggal 2 Mei 1950 dari Kapten Knil P.G.H.R. Zuiderhoudt kepada Kapten Soelaiman dengan nama Depot Latihan Pembekalan dan Angkutan Tentara (DLPAT). Namun sebelum secara resmi diserah terimakan, pada saat itu telah dibuka pendidikan "Kursus Perbekalan dan Angkutan Tentara" pertama kali di Cimahi pada tanggal 3 Maret 1950, atas dasar peristiwa itulah, maka pada tanggal 3 Maret 1950 dijadikan sebagai hari lahirnya "Pusdik Bekang" TNI AD.

  Setelah itu, karena dinamika dan tuntutan organisasi terjadilah perubahan nama maupun peleburan organisasi yang silih berganti. Diawali dengan pemisahan Jawatan Pembekalan Angkutan Tentara (DPAT) menjadi 2 (dua) jawatan yaitu : Jawatan Intendans Angkatan Darat (DIAD) dan Jawatan Angkutan Angkatan Darat (DAAD), maka lembaga pendidikan yang semula bernama DLPAT (Depot Latihan Pembekalan dan Angkutan Tentara) pada tanggal 12 Januari 1952 juga mengalami perubahan dengan dipisah menjadi 2 (dua) lembaga pendidikan. Peresmian pemisahan menjadi 2 (dua) lembaga dilakukan di lapangan Rajawali Cimahi melalui upacara peresmian. Dua (2) lembaga pendidikan tersebut adalah Sekolah Jawatan Angkutan Angkatan Darat (SDAAD) dan Depot Pendidikan Intendans Angkatan Darat (DPIAD), pada masa DPIAD inilah satu team dibawah pimpinan Peltu Soepardjo melaksanakan tugas pemeliharaan jasa (Harjasa) tahun 1956 pada Contingen Indonesia Garuda I yang tergabung dalam UNEF di Mesir.

  Setelah itu SDAAD berubah menjadi Depot Pendidikan Angkutan Angkatan Darat (DPAAD) sampai dengan tahun 1958. Sementara itu, Depot Pendidikan Intendans Angkatan Darat (DPIAD) berubah menjadi RININT PUSDIKINT sampai dengan tahun 1986, sedangkan Depot Pendidikan Angkutan Angkatan Darat (DPAAD) pada tahun 1958 sampai dengan 1986 berubah menjadi RINANG PUSDIKANG. Seiring dengan tuntutan perkembangan jaman, Jawatan Intendans Angkatan Darat (JANINTAD) dan Jawatan Angkutan Darat Militer Angkatan Darat (JANANGRATMILAD) dilikuidasi menjadi satu organisasi dengan nama DITBEKANGAD pada bulan Desember 1985 sampai dengan saat ini. Sehubungan dengan itu, lembaga pendidikan yang semula terdiri dari RINANG PUSDIKANG dan RININT PUSDIKINT ikut mengalami perubahan menjadi Pusat Pendidikan Pembekalan dan Angkutan (PUSDIKBEKANG) melalui upacara peresmian di Cimahi pada tanggal 14 Januari 1986. semenjak tahun 1986 inilah, lembaga pendidikan Pembekalan dan Angkutan berubah namanya menjadi Pusat Pendidikan Pembekalan Angkutan (PUSDIK BEKANG) sampai dengan saat ini.

PERIODE TAHUN 1985 – 2004

Pada tanggal 17 September 1985, Surat Keputusan Kasad Nomor Skep / 796 / IX / 1985 tentang reorganisasi Jawatan Intendans Angkatan Darat (Janintad) dan Jawatan Angkutan Militer Angkatan Darat (Janangratmilad) menjadi Ditbekangad dan mulai berfungsi secara administratif terhitung mulai tanggal 18 September 1985.






10. Pada Tanggal 21 September 1985, diadakan peresmian penggabungan Jawatan Intendans Angkatan Darat (Janintad) dan Jawatan Angkutan Darat Militer Angkatan Darat (Janangratmilad) menjadi Ditbekangad dilaksanakan dengan upacara militer di Janziad Jakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor Skep / 281 / III / 1986 tanggal 19 Maret 1986 tentang pengesahan penggunaan Tanda Kesatuan Ditbekangad (Pusara) “DHARMAGATI KSATRIA JAYA”. Dengan tanda gambar logo Corps Intendans dan logo Corps Angkutan Militer dijadikan satu seperti apa adanya dengan tidak merubah sedikitpun dari gambar aslinya.

Gbr 8. PUSARA DITBEKANGAD

  “DHARMAGATI KSATRIA JAYA”

 



11. Kejadian - Kejadian Penting Setelah Penggabungan Organisasi.



a. Pimpinan Ditbekangad. Berdasarkan kebijakan pimpinan TNI AD, sejak penggabungan dua corps tersebut dijadikan satu wadah organisasi, kedua corps tersebut dipimpin oleh Direktur yang berasal dari luar corps Intendans maupun Corps Angkutan Militer. Memang hal ini bukan kejadian luar biasa tetapi merupakan catatan tersendiri bagi warga Bekang dalam sejarah pengabdiannya dijajaran TNI AD. Secara berturut - turut Dirbekangad yang berasal dari luar kecabangan adalah :

 
1) Tahun 1986-1989 Ditbekangad dipimpin oleh Brigjen TNI HA. Bernadi mantan kecabangan Kavaleri.

2) Tahun 1989-1991 Ditbekangad dipimpin oleh Brigjen TNI Soetomo HD. Mantan Kecabangan Kavaleri.

3) Tahun 1991-1992 Ditbekangad dipimpin oleh Brigjen TNI Sarmono W. Mantan kecabangan Infanteri.

4) Tahun 1992-1993 Ditbekangad dipimpin oleh Brigjen TNI Djoko Waluyo mantan kecabangan Kavaleri.


b. Setelah organisasi berjalan delapan tahun pucuk pimpinan Ditbekangad baru dipercayakan pada salah satu Corps yang ada dilingkungan Bekang yaitu :

1) Brigjen TNI RM. Nuryanto, mantan kecabangan Intendans.
2) Brigjen TNI A. Wachid, mantan kecabangan Intendans.
3) Brigjen TNI Nasep Rahmat S. Sos, mantan kecabangan Angkutan.

c. Esprit De Corps. Ikatan emosional Intendans sentris dan Angkutan sentris sangat dirasakan oleh kalangan Perwira, hal ini terjadi karena memang sejak terbentuknya terdapat dua corps yang ditandai dengan arisan Perwira Intendans atau Perwira Angkutan di daerah-daerah dan atau perkumpulan– perkumpulan sosial lainnya yang hanya melibatkan salah satu corps saja dilingkungan Bekangad.

12. Proses Penggabungan Corps. Setelah organisasi Bekang yang di awaki dua Corps berjalan 15 tahun (lima belas tahun) dan dirasakan mengalami kesulitan managerial, khususnya dalam aspek organisasi, personel, penguasaan fungsi teknis dan aspek psikologis, maka muncul pemikiran yang sangat strategis oleh pimpinan Ditbekangad yaitu :


a. Brigjen TNI Nasep Rahmat. S.Sos.


 







Pada era kepemimpinan Brigjen TNI Nasep Rahmat pernah membuat telaahan staf dengan nomor 01 tanggal 26 Januari 2000 dengan Klasifikasi Rahasia mengangkat permasalahan Corps Intendans dan Corp Angkutan Militer dengan persoalan “ Apakah perlu diadakan penggabungan Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer” dalam telaahan staf tersebut menghasilkan tiga saran yaitu :

1) Penggabungan Corps Intendans dan Angkutan Militer menjadi Corps Pembekalan Angkutan (CBA).

2) Lambang Corps adalah Lumbung senapan pedang bersilang di padu dengan Roda bersayap.

3) Melaksanakan validasi organisasi, doktrin dan kurikulum pendidikan.

Bukan hanya telaahan staf saja yang dibuat oleh Brigjen TNI Nasep Rahmat yang saat itu menjabat sebagai Dirbekangad, tetapi beliau pada awal Juni 2000 juga membuat tulisan yang berjudul “Pokok-pokok Pikiran tentang Optimalisasi Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer” yang menghasilkan saran yaitu suatu permohonan kepada Kasad untuk mendapatkan keputusan tentang peng-gabungan Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer dengan pentahapan yang jelas namun dalam pentahapan tersebut belum mencantumkan tahun pelaksanaan, setiap langkah pentahapannya yaitu :

Tahap I. Merupakan tahap awal yang berupa kajian - kajian untuk merealisasikan gagasan untuk terbentuknya Corps Bekang.
Tahap II. Peresmian Nama dan Lambang Corps.
Tahap III. Sosialisasi di seluruh jajaran TNI AD.

Pokok-pokok pikiran tentang optimalisasi tersebut sudah masuk pada Uji Teori II namun ide tersebut mendapat tanggapan pro dan kontra yang sangat tajam dari para Perwira akti maupun sesepuh / Purnawirawan dari kedua corps tersebut, sehingga penggabungan corps tersebut tidak pernah terealisir seperti apa yang diinginkan oleh ide penggagasnya sampai pada akhir jabatan beliau sebagai Dirbekangad, sehingga penggabungan tersebut masih bersifat wacana.

b. Brigjen TNI Bambang Rindarto, ST, SIP.


 
























Pada era kepemimpinan Brigjen TNI Bambang Rindarto, ST, S.IP akhir tahun 2000, ada kunjungan kerja Kasad Jenderal TNI Tyasno Sudarto ke Ditbekangad, momentum yang sangat baik tersebut tidak disia-siakan oleh Dirbekangad untuk menyampaikan secara lisan tentang keinginan penggabungan Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer, pada saat itu Kasad menanggapi dan memerintahkan secara lisan untuk membuat kajian tentang penggabungan kedua Corps tersebut. Kajian yang dibuat oleh Ditbekangad saat itu adalah dengan judul “Tinjauan Strategis tentang Penyatuan Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer menjadi Corps Perawatan Militer TNI AD” yang menyarankan kepada pimpinan TNI-AD tentang persetujuan penyatuan Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer menjadi Corps Perawatan Militer (CRM) dan memasukan konsepsi tersebut dalam program anggaran TNI AD sampai dengan tahun anggaran 2000, dengan pentahapan sebagai berikut :

Tahap I (Bulan Oktober 2000). Penentuan Nama dan Simbol Corps. Nama Corps adalah Corps Perawatan Militer yang disingkat CRM dengan simbol Kunci (Tanda Taktis Intendans) yang dipadukan dengan Kemudi Kapal (Tanda Taktis Angkutan Militer), gambar tersebut diambil dengan alasan untuk menghilangkan identitas yang berbau Intendans maupun Angkutan sehingga secara psikologis tidak ada lagi ikatan emosional dengan corps lama pada diri masing - masing prajurit.

Tahap II (Nopember 2000 - Desember 2001). Validasi Organisasi, Doktrin dan Kurikulum Pendidikan. Nama Organisasi yang disarankan adalah Direktorat Perawatan Militer Angkatan Darat (Ditwatmilad).

Tahap III ( Januari 2002). Pada tahap ini diharapkan Organisasi Watmilad dengan Corps barunya sudah operasional. Kajian Tinjauan Strategis ini sudah masuk pada Uji Teori II, secara umum peserta Uji Teori II menyetujui terhadap penggabungan Corps, namun penggunaan Nama dan Simbul Corps banyak mendapatkan tanggapan karena istilah Perawatan lebih diketahui oleh umum berkaitan dengan Kesehatan sementara masalah simbul Corps, peserta Uji Teori lebih menyarankan menggunakan gambar / simbol lama atau dengan sedikit modifikasi dari simbul lama tersebut, dengan alasan gambar/simbul tersebut sudah tersosialisasi di lingkungan TNI AD. Seperti pada kajian sebelumnya kajian ini juga mendapat tanggapan pro dan kontra yang sangat tajam baik dari para Perwira maupun sesepuh Corps / Purnawirawan dari kedua corps baik Intendans maupun Angkutan Militer selain itu juga naskah kajian masih pada Uji Teori II sehingga belum mendapat keputusan dari pimpinan TNI AD.


c. Brigjen TNI Djoko Darjatno, M.Sc.


 





















Pada era kepemimpinan Brigjen TNI Djoko Darjatno, M.Sc. Penggabungan Corps tersebut menggelora kembali dikarenakan adanya ST Kasad dengan Nomor ST / 1029 / 2002 tanggal 7 Oktober 2002 tentang pengkajian penggabungan Corps Intendans (CIN) dan Corps Angkutan Militer (CAM).




Berdasarkan ST tersebut Dirbekangad mengeluarkan Surat Perintah Kelompok kerja Nomor Sprin /1040/XI/2002 tanggal 27 Nopember 2002 tentang Penunjukan sebagai kelompok kerja Penyusunan Naskah Penggabungan Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer digabung menjadi satu Corps Baru yang melibatkan kedua Coprs yang akan dilebur dengan Ketua Tim Kolonel Cin Gautama AL, M.M. ST Kasad yang ditindaklanjuti dengan Sprin Dirbekangad tersebut jelas - jelas untuk mengkaji “Penggabungan Corps” menjadi satu “Corps Baru”, karena ada perbedaan yang sangat tajam dari masing – masing peserta rapat yang memiliki sudut pandang berbeda, sehingga Tim Pokja pada saat menggelar rapat – rapat interennya, yang dipimpin oleh Wadirbekangad Kolonel Cam Imam Suparnadi, S.T, S.E berjalan sangat tegang dan tidak kondusif atau tidak memberi peluang yang dapat mendukung hasil yang diinginkan dari ST tersebut, ini disebabkan karena adanya perbedaan yang belum dapat terpecahkan dari beberapa Perwira senior yang tidak setuju dan setuju dengan penggabungan Corps, sehingga untuk menjebatani perbedaan yang tidak berkesudahan tersebut, dengan sangat bijaksana Dirbekangad saat itu Brigjen TNI Djoko Darjatno, M. Sc memutuskan untuk memunculkan 3 (tiga) alternatif dengan harapan agar dapat memecahkan kebuntuan akibat perbedaan yang sangat tajam sekaligus dapat memberikan keleluasaan Pimpinan TNI Angkatan Darat untuk memilih alternatif yang disajikan Tim Pokja. Pada tanggal 24 Oktober 2002 Ditbekangad mengirimkan hasil kajian tentang penggabungan Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer kepada Kasad, yang inti dari hasil kajian tersebut adalah sebagai berikut :

1) Alternatif I : Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer tetap berada pada posisi dalam organisasi Bekang TNI AD, yang menyelenggarakan fungsi teknis Intendans dan fungsi teknis Angkutan Militer.

2) Alternatif II : Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer dilebur menjadi satu corps baru, selanjutnya personel yang mengawaki organisasi baru tersebut menyelenggarakan fungsi teknis militer baru yang mewadahi fungsi Intendans dan fungsi Angkutan Militer.
 
3) Alternatif III : Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer yang digabungkan dalam satu organisasi Bekang TNI AD, dipisahkan menjadi dua organisasi. Corps Intendans berada pada organisasi yang menyelenggarakan fungsi Intendans dan Corps Angkutan Militer berada pada organisasi yang menyelenggarakan fungsi Angkutan Militer.

Dari tiga alternatif yang di sarankan kepada Kasad tersebut kemudian muncul ST baru, yaitu Surat Telegram Kasad Nomor ST / 1139 / 2002 tanggal 27 Nopember 2002 tentang Penyempurnaan Naskah Kajian Penggabungan Corps Intendans (CIN) dan Corps Angkutan Militer (CAM) dengan memilih alternatif ke II yaitu Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer digabung menjadi satu corps baru.

13. Hasil Penyempurnaan Kajian Tim Pokja Penggabungan Corps. Menindaklanjuti ST Kasad yang memilih alternatif II yaitu Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer digabung menjadi satu Corps baru. Pokja menyempurnakan kajiannya dan pada tanggal 28 Januari 2003 Wadirbekangad Kolonel Cam Imam Suparnadi melaksanakan paparan dihadapan Asops Kasad dan para undangan di Mabesad, yang intinya adalah menyarankan sebagai berikut :
 
  a. Tiga alternatif nama corps yaitu :

1) Corps Perawatan Militer disingkat CRM.
2) Corps Pembekalan disingkat CBK.
3) Corps Jasa disingkat CJS.
 
  b. Dua alternatif simbul corps yaitu :

1) Delapan penjuru mata angin.
2) Delapan penjuru mata angin dengan lingkaran.

 
 
 





 












  Alternatif I Alternatif II
 
c. Sesanti : ”Dharma Paramahita Satriya”

 
 

 






























d. Pusara.
  e. Usulan Hari jadi Corps Baru tanggal 24 Februari 2003.

14. Paparan Kedua Dihadapan Wakasad dan para undangan pada tanggal Februari / Maret 2003 di Mabesad. Pada paparan kedua tersebut Dirbekangad Brigjen TNI Djoko Darjatno, M. Sc memberikan kata sambutan dihadapan Wakasad dan para undangan yang intinya adalah :

a. Sejak Likwidasi pada tahun 1985 (sampai saat ini sudah 18 th) Corps Intendans dan Coprs Angkutan Militer telah disatukan dalam satu wadah organisasi yaitu Ditbekangad namun belum pernah dievaluasi.


b. Berlatar belakang pada Visi dan Misi ke depan, prinsip – prinsip dasar Intendans dan Angkutan Militer, perjalanan sejarah dan Studi banding dengan organisasi sejenis di berbagai negara serta faktor – faktor yang mempengaruhi, maka perlu kiranya Corps Intendans dan Angkutan Militer digabung dalam satu wadah corps baru, dihadapkan dengan tugas pokok TNI AD pada masa yang akan datang.

c. Bahwa paparan ini adalah paparan yang kedua dari 3 alternatif yang pernah disampaikan Tim Pokja dan penggabungan Corps sesuai perintah Kasad untuk disempurnakan, yang nanti akan dipaparkan oleh Wadirbekangad (Kolonel Cba Imam Suparnadi, S.E. S.T.)


15. Hasil Penyempurnaan Naskah Kajian Tim Pokja Penggabungan Corps. Menindaklanjuti Surat Telegram Kasad Nomor ST / 1139 / 2002 tanggal 27 November 2002 tentang Penyempurnaan Naskah Kajian Penggabungan Corps Intendans (CIN) dan Corps Angkutan Militer (CAM) dengan memilih alternatif ke II yaitu Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer digabung menjadi satu corps baru. Tim Pokja menyempurnakan kajiannya dan pada tanggal 28 Januari 2003 Wadirbekangad Kolonel Cam Imam Suparnadi, SE, ST melaksanakan paparan dihadapan Asops Kasad dan para undangan di Mabesad, yang intinya adalah menyarankan sebagai berikut :

 
  a. Tiga alternatif nama Corps yaitu :

1) Corps Perawatan Militer disingkat CRM.
2) Corps Pembekalan disingkat CBK.
3) Corps Jasa disingkat CJS.
 
  b. Dua alternatif simbul Corps yaitu :

1) Delapan penjuru mata angin.
2) Delapan penjuru mata angin dengan lingkaran.

c. Sebutan CBA (Corps Pembekalan Angkutan) tersebut muncul pada saat pelaksanaan paparan ini. Dari tiga alternatif yang disarankan yaitu : CRM, CBK dan CJS.

16. Keputusan - Keputusan Kasad. Setelah semua tahapan yang diperlukan dalam sebuah pengkajian, Kepala Staf TNI Angkatan Darat mengeluarkan beberapa Surat Keputusan yaitu :

a. Pada tanggal 6 Agustus 2003 Kasad mengeluarkan Keputusan Nomor Kep / 38 / VIII / 2003 tentang Orgas Ditbekangad (uji coba selama satu tahun).

b. Pada tanggal 19 Desember 2003 Kasad mengeluarkan Keputusan Nomor Kep / 47 / XII / 2003 tentang Pengesahan Penggabungan Corps Intendans (CIN) dengan Corps Angkutan Militer (CAM) menjadi Corps Pembekalan Angkutan (CBA).

c. Pada tanggal 11 Februari 2004 Kasad mengeluarkan Keputusan Kasad Nomor Kep / 29 / II / 2004 tentang Pengesahan Penggunaan Lambang Tanda Kesatuan Pusara Direktorat Pembekalan Angkutan TNI AD "Dharmagati Ksatria Jaya", pada bagian–bagian gambar tersebut memiliki arti sebagai berikut :

 
 

 
































1) Delapan arah penjuru mata angin melambangkan :

a) Delapan azas dalam penyelenggaraan Bekang TNI AD.
b) Perencanaan yang terintegratif dalam penyelenggaraan sistem pembekalan.
c) Pelayanan dalam rangka pendistribusian bekal / materiil dan pasukan / personel.

2) Lingkaran dengan delapan gerigi melambangkan :

a) Delapan prinsip dalam penyelenggaraan Bekang TNI AD.
b) Kebulatan tekad dan gerak terus menerus yang dinamis dalam penyelenggaraan pembekalan angkutan dalam mendukung tugas TNI AD.

3) Bintang segi lima dengan makna :

a) Tujuan tertinggi yang dicapai adalah kesejahteraan dan kejayaan bagi prajurit TNI AD untuk mengamankan dan mempertahankan kedaulatan NKRI.
b) Jiwa falsafah bangsa yakni Pancasila.
c) Ketuhanan Yang Maha Esa.

4) Arti nama Saloka “Dharmagati Ksatria Jaya”.

a) Dharma : Pengabdian
b) Gati : Perhatian gerak yang dinamis.
c) Ksatria : Sena/prajurit.
d) Jaya : Unggul/kemenangan/keberhasilan.

Arti bebas : Pengabdian dan perhatian yang dinamis serta terus menerus kepada prajurit, agar unggul dalam melaksanakan tugas pokoknya.

5) Makna. Tata warna mempunyai arti :

a) Putih : Suci, bersih, murni dan tulus.
b) Kuning : Ksatria dan berbudi luhur.
c) Hitam : Bijaksana, setia dan teguh abadi.
d) Hijau : Cita-cita, kemakmuran, harapan, teduh & sejuk
e) Coklat : Keteguhan hati.

d. Pada tanggal 12 Februari 2004 Kasad mengeluarkan Keputusan Nomor Kep / 21 / II / 2004 tentang Pengesahan Penggunaan Tanda Corps / Kecabangan Corps Pembekalan Angkutan (CBA) TNI Angkatan Darat.

e. Pada tanggal 24 Maret 2004, Peresmian Corps Pembekalan Angkutan berdasarkan Surat Telegram Kasad Nomor ST / 271 / 2004 tanggal 23 Maret 2004 tentang pelaksanaan peresmian Corps Pembekalan Angkutan (CBA) TNI AD di Maditbekangad dengan Irup Kasad Jenderal TNI Ryamizard Ryacudhu.


f. Atas dasar historis ini pula maka pada tanggal 24 Maret ditetapkan sebagai hari jadi Pembekalan Angkutan TNI Angkatan Darat.

g. Keputusan Kasad Nomor Kep / 16 / III / 2005 tanggal 7 Maret 2005 tentang Organisasi dan Tugas Direktorat Pembekalan Angkutan (Orgas Ditbekangad yang saat ini berlaku).
 

 

 



 
Gbr. 11 Upacara.Penggabungan Corps 24 April 2004







Pada tanggal 17 September 1985, Surat Keputusan Kasad Nomor Skep / 796 / IX / 1985 tentang reorganisasi Jawatan Intendans Angkatan Darat (Janintad) dan Jawatan Angkutan Militer Angkatan Darat (Janangratmilad) menjadi Ditbekangad dan mulai berfungsi secara administratif terhitung mulai tanggal 18 September 1985.






10. Pada Tanggal 21 September 1985, diadakan peresmian penggabungan Jawatan Intendans Angkatan Darat (Janintad) dan Jawatan Angkutan Darat Militer Angkatan Darat (Janangratmilad) menjadi Ditbekangad dilaksanakan dengan upacara militer di Janziad Jakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor Skep / 281 / III / 1986 tanggal 19 Maret 1986 tentang pengesahan penggunaan Tanda Kesatuan Ditbekangad (Pusara) “DHARMAGATI KSATRIA JAYA”. Dengan tanda gambar logo Corps Intendans dan logo Corps Angkutan Militer dijadikan satu seperti apa adanya dengan tidak merubah sedikitpun dari gambar aslinya.

Gbr 8. PUSARA DITBEKANGAD

  “DHARMAGATI KSATRIA JAYA”

 



11. Kejadian - Kejadian Penting Setelah Penggabungan Organisasi.



a. Pimpinan Ditbekangad. Berdasarkan kebijakan pimpinan TNI AD, sejak penggabungan dua corps tersebut dijadikan satu wadah organisasi, kedua corps tersebut dipimpin oleh Direktur yang berasal dari luar corps Intendans maupun Corps Angkutan Militer. Memang hal ini bukan kejadian luar biasa tetapi merupakan catatan tersendiri bagi warga Bekang dalam sejarah pengabdiannya dijajaran TNI AD. Secara berturut - turut Dirbekangad yang berasal dari luar kecabangan adalah :

 
1) Tahun 1986-1989 Ditbekangad dipimpin oleh Brigjen TNI HA. Bernadi mantan kecabangan Kavaleri.

2) Tahun 1989-1991 Ditbekangad dipimpin oleh Brigjen TNI Soetomo HD. Mantan Kecabangan Kavaleri.

3) Tahun 1991-1992 Ditbekangad dipimpin oleh Brigjen TNI Sarmono W. Mantan kecabangan Infanteri.

4) Tahun 1992-1993 Ditbekangad dipimpin oleh Brigjen TNI Djoko Waluyo mantan kecabangan Kavaleri.


b. Setelah organisasi berjalan delapan tahun pucuk pimpinan Ditbekangad baru dipercayakan pada salah satu Corps yang ada dilingkungan Bekang yaitu :

1) Brigjen TNI RM. Nuryanto, mantan kecabangan Intendans.
2) Brigjen TNI A. Wachid, mantan kecabangan Intendans.
3) Brigjen TNI Nasep Rahmat S. Sos, mantan kecabangan Angkutan.

c. Esprit De Corps. Ikatan emosional Intendans sentris dan Angkutan sentris sangat dirasakan oleh kalangan Perwira, hal ini terjadi karena memang sejak terbentuknya terdapat dua corps yang ditandai dengan arisan Perwira Intendans atau Perwira Angkutan di daerah-daerah dan atau perkumpulan– perkumpulan sosial lainnya yang hanya melibatkan salah satu corps saja dilingkungan Bekangad.

12. Proses Penggabungan Corps. Setelah organisasi Bekang yang di awaki dua Corps berjalan 15 tahun (lima belas tahun) dan dirasakan mengalami kesulitan managerial, khususnya dalam aspek organisasi, personel, penguasaan fungsi teknis dan aspek psikologis, maka muncul pemikiran yang sangat strategis oleh pimpinan Ditbekangad yaitu :


a. Brigjen TNI Nasep Rahmat. S.Sos.


 







Pada era kepemimpinan Brigjen TNI Nasep Rahmat pernah membuat telaahan staf dengan nomor 01 tanggal 26 Januari 2000 dengan Klasifikasi Rahasia mengangkat permasalahan Corps Intendans dan Corp Angkutan Militer dengan persoalan “ Apakah perlu diadakan penggabungan Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer” dalam telaahan staf tersebut menghasilkan tiga saran yaitu :

1) Penggabungan Corps Intendans dan Angkutan Militer menjadi Corps Pembekalan Angkutan (CBA).

2) Lambang Corps adalah Lumbung senapan pedang bersilang di padu dengan Roda bersayap.

3) Melaksanakan validasi organisasi, doktrin dan kurikulum pendidikan.

Bukan hanya telaahan staf saja yang dibuat oleh Brigjen TNI Nasep Rahmat yang saat itu menjabat sebagai Dirbekangad, tetapi beliau pada awal Juni 2000 juga membuat tulisan yang berjudul “Pokok-pokok Pikiran tentang Optimalisasi Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer” yang menghasilkan saran yaitu suatu permohonan kepada Kasad untuk mendapatkan keputusan tentang peng-gabungan Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer dengan pentahapan yang jelas namun dalam pentahapan tersebut belum mencantumkan tahun pelaksanaan, setiap langkah pentahapannya yaitu :

Tahap I. Merupakan tahap awal yang berupa kajian - kajian untuk merealisasikan gagasan untuk terbentuknya Corps Bekang.
Tahap II. Peresmian Nama dan Lambang Corps.
Tahap III. Sosialisasi di seluruh jajaran TNI AD.

Pokok-pokok pikiran tentang optimalisasi tersebut sudah masuk pada Uji Teori II namun ide tersebut mendapat tanggapan pro dan kontra yang sangat tajam dari para Perwira akti maupun sesepuh / Purnawirawan dari kedua corps tersebut, sehingga penggabungan corps tersebut tidak pernah terealisir seperti apa yang diinginkan oleh ide penggagasnya sampai pada akhir jabatan beliau sebagai Dirbekangad, sehingga penggabungan tersebut masih bersifat wacana.

b. Brigjen TNI Bambang Rindarto, ST, SIP.


 
























Pada era kepemimpinan Brigjen TNI Bambang Rindarto, ST, S.IP akhir tahun 2000, ada kunjungan kerja Kasad Jenderal TNI Tyasno Sudarto ke Ditbekangad, momentum yang sangat baik tersebut tidak disia-siakan oleh Dirbekangad untuk menyampaikan secara lisan tentang keinginan penggabungan Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer, pada saat itu Kasad menanggapi dan memerintahkan secara lisan untuk membuat kajian tentang penggabungan kedua Corps tersebut. Kajian yang dibuat oleh Ditbekangad saat itu adalah dengan judul “Tinjauan Strategis tentang Penyatuan Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer menjadi Corps Perawatan Militer TNI AD” yang menyarankan kepada pimpinan TNI-AD tentang persetujuan penyatuan Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer menjadi Corps Perawatan Militer (CRM) dan memasukan konsepsi tersebut dalam program anggaran TNI AD sampai dengan tahun anggaran 2000, dengan pentahapan sebagai berikut :

Tahap I (Bulan Oktober 2000). Penentuan Nama dan Simbol Corps. Nama Corps adalah Corps Perawatan Militer yang disingkat CRM dengan simbol Kunci (Tanda Taktis Intendans) yang dipadukan dengan Kemudi Kapal (Tanda Taktis Angkutan Militer), gambar tersebut diambil dengan alasan untuk menghilangkan identitas yang berbau Intendans maupun Angkutan sehingga secara psikologis tidak ada lagi ikatan emosional dengan corps lama pada diri masing - masing prajurit.

Tahap II (Nopember 2000 - Desember 2001). Validasi Organisasi, Doktrin dan Kurikulum Pendidikan. Nama Organisasi yang disarankan adalah Direktorat Perawatan Militer Angkatan Darat (Ditwatmilad).

Tahap III ( Januari 2002). Pada tahap ini diharapkan Organisasi Watmilad dengan Corps barunya sudah operasional. Kajian Tinjauan Strategis ini sudah masuk pada Uji Teori II, secara umum peserta Uji Teori II menyetujui terhadap penggabungan Corps, namun penggunaan Nama dan Simbul Corps banyak mendapatkan tanggapan karena istilah Perawatan lebih diketahui oleh umum berkaitan dengan Kesehatan sementara masalah simbul Corps, peserta Uji Teori lebih menyarankan menggunakan gambar / simbol lama atau dengan sedikit modifikasi dari simbul lama tersebut, dengan alasan gambar/simbul tersebut sudah tersosialisasi di lingkungan TNI AD. Seperti pada kajian sebelumnya kajian ini juga mendapat tanggapan pro dan kontra yang sangat tajam baik dari para Perwira maupun sesepuh Corps / Purnawirawan dari kedua corps baik Intendans maupun Angkutan Militer selain itu juga naskah kajian masih pada Uji Teori II sehingga belum mendapat keputusan dari pimpinan TNI AD.


c. Brigjen TNI Djoko Darjatno, M.Sc.


 





















Pada era kepemimpinan Brigjen TNI Djoko Darjatno, M.Sc. Penggabungan Corps tersebut menggelora kembali dikarenakan adanya ST Kasad dengan Nomor ST / 1029 / 2002 tanggal 7 Oktober 2002 tentang pengkajian penggabungan Corps Intendans (CIN) dan Corps Angkutan Militer (CAM).




Berdasarkan ST tersebut Dirbekangad mengeluarkan Surat Perintah Kelompok kerja Nomor Sprin /1040/XI/2002 tanggal 27 Nopember 2002 tentang Penunjukan sebagai kelompok kerja Penyusunan Naskah Penggabungan Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer digabung menjadi satu Corps Baru yang melibatkan kedua Coprs yang akan dilebur dengan Ketua Tim Kolonel Cin Gautama AL, M.M. ST Kasad yang ditindaklanjuti dengan Sprin Dirbekangad tersebut jelas - jelas untuk mengkaji “Penggabungan Corps” menjadi satu “Corps Baru”, karena ada perbedaan yang sangat tajam dari masing – masing peserta rapat yang memiliki sudut pandang berbeda, sehingga Tim Pokja pada saat menggelar rapat – rapat interennya, yang dipimpin oleh Wadirbekangad Kolonel Cam Imam Suparnadi, S.T, S.E berjalan sangat tegang dan tidak kondusif atau tidak memberi peluang yang dapat mendukung hasil yang diinginkan dari ST tersebut, ini disebabkan karena adanya perbedaan yang belum dapat terpecahkan dari beberapa Perwira senior yang tidak setuju dan setuju dengan penggabungan Corps, sehingga untuk menjebatani perbedaan yang tidak berkesudahan tersebut, dengan sangat bijaksana Dirbekangad saat itu Brigjen TNI Djoko Darjatno, M. Sc memutuskan untuk memunculkan 3 (tiga) alternatif dengan harapan agar dapat memecahkan kebuntuan akibat perbedaan yang sangat tajam sekaligus dapat memberikan keleluasaan Pimpinan TNI Angkatan Darat untuk memilih alternatif yang disajikan Tim Pokja. Pada tanggal 24 Oktober 2002 Ditbekangad mengirimkan hasil kajian tentang penggabungan Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer kepada Kasad, yang inti dari hasil kajian tersebut adalah sebagai berikut :

1) Alternatif I : Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer tetap berada pada posisi dalam organisasi Bekang TNI AD, yang menyelenggarakan fungsi teknis Intendans dan fungsi teknis Angkutan Militer.

2) Alternatif II : Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer dilebur menjadi satu corps baru, selanjutnya personel yang mengawaki organisasi baru tersebut menyelenggarakan fungsi teknis militer baru yang mewadahi fungsi Intendans dan fungsi Angkutan Militer.
 
3) Alternatif III : Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer yang digabungkan dalam satu organisasi Bekang TNI AD, dipisahkan menjadi dua organisasi. Corps Intendans berada pada organisasi yang menyelenggarakan fungsi Intendans dan Corps Angkutan Militer berada pada organisasi yang menyelenggarakan fungsi Angkutan Militer.

Dari tiga alternatif yang di sarankan kepada Kasad tersebut kemudian muncul ST baru, yaitu Surat Telegram Kasad Nomor ST / 1139 / 2002 tanggal 27 Nopember 2002 tentang Penyempurnaan Naskah Kajian Penggabungan Corps Intendans (CIN) dan Corps Angkutan Militer (CAM) dengan memilih alternatif ke II yaitu Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer digabung menjadi satu corps baru.

13. Hasil Penyempurnaan Kajian Tim Pokja Penggabungan Corps. Menindaklanjuti ST Kasad yang memilih alternatif II yaitu Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer digabung menjadi satu Corps baru. Pokja menyempurnakan kajiannya dan pada tanggal 28 Januari 2003 Wadirbekangad Kolonel Cam Imam Suparnadi melaksanakan paparan dihadapan Asops Kasad dan para undangan di Mabesad, yang intinya adalah menyarankan sebagai berikut :
 
  a. Tiga alternatif nama corps yaitu :

1) Corps Perawatan Militer disingkat CRM.
2) Corps Pembekalan disingkat CBK.
3) Corps Jasa disingkat CJS.
 
  b. Dua alternatif simbul corps yaitu :

1) Delapan penjuru mata angin.
2) Delapan penjuru mata angin dengan lingkaran.

 
 
 





 












  Alternatif I Alternatif II
 
c. Sesanti : ”Dharma Paramahita Satriya”

 
 

 






























d. Pusara.
  e. Usulan Hari jadi Corps Baru tanggal 24 Februari 2003.

14. Paparan Kedua Dihadapan Wakasad dan para undangan pada tanggal Februari / Maret 2003 di Mabesad. Pada paparan kedua tersebut Dirbekangad Brigjen TNI Djoko Darjatno, M. Sc memberikan kata sambutan dihadapan Wakasad dan para undangan yang intinya adalah :

a. Sejak Likwidasi pada tahun 1985 (sampai saat ini sudah 18 th) Corps Intendans dan Coprs Angkutan Militer telah disatukan dalam satu wadah organisasi yaitu Ditbekangad namun belum pernah dievaluasi.


b. Berlatar belakang pada Visi dan Misi ke depan, prinsip – prinsip dasar Intendans dan Angkutan Militer, perjalanan sejarah dan Studi banding dengan organisasi sejenis di berbagai negara serta faktor – faktor yang mempengaruhi, maka perlu kiranya Corps Intendans dan Angkutan Militer digabung dalam satu wadah corps baru, dihadapkan dengan tugas pokok TNI AD pada masa yang akan datang.

c. Bahwa paparan ini adalah paparan yang kedua dari 3 alternatif yang pernah disampaikan Tim Pokja dan penggabungan Corps sesuai perintah Kasad untuk disempurnakan, yang nanti akan dipaparkan oleh Wadirbekangad (Kolonel Cba Imam Suparnadi, S.E. S.T.)


15. Hasil Penyempurnaan Naskah Kajian Tim Pokja Penggabungan Corps. Menindaklanjuti Surat Telegram Kasad Nomor ST / 1139 / 2002 tanggal 27 November 2002 tentang Penyempurnaan Naskah Kajian Penggabungan Corps Intendans (CIN) dan Corps Angkutan Militer (CAM) dengan memilih alternatif ke II yaitu Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer digabung menjadi satu corps baru. Tim Pokja menyempurnakan kajiannya dan pada tanggal 28 Januari 2003 Wadirbekangad Kolonel Cam Imam Suparnadi, SE, ST melaksanakan paparan dihadapan Asops Kasad dan para undangan di Mabesad, yang intinya adalah menyarankan sebagai berikut :

 
  a. Tiga alternatif nama Corps yaitu :

1) Corps Perawatan Militer disingkat CRM.
2) Corps Pembekalan disingkat CBK.
3) Corps Jasa disingkat CJS.
 
  b. Dua alternatif simbul Corps yaitu :

1) Delapan penjuru mata angin.
2) Delapan penjuru mata angin dengan lingkaran.

c. Sebutan CBA (Corps Pembekalan Angkutan) tersebut muncul pada saat pelaksanaan paparan ini. Dari tiga alternatif yang disarankan yaitu : CRM, CBK dan CJS.

16. Keputusan - Keputusan Kasad. Setelah semua tahapan yang diperlukan dalam sebuah pengkajian, Kepala Staf TNI Angkatan Darat mengeluarkan beberapa Surat Keputusan yaitu :

a. Pada tanggal 6 Agustus 2003 Kasad mengeluarkan Keputusan Nomor Kep / 38 / VIII / 2003 tentang Orgas Ditbekangad (uji coba selama satu tahun).

b. Pada tanggal 19 Desember 2003 Kasad mengeluarkan Keputusan Nomor Kep / 47 / XII / 2003 tentang Pengesahan Penggabungan Corps Intendans (CIN) dengan Corps Angkutan Militer (CAM) menjadi Corps Pembekalan Angkutan (CBA).

c. Pada tanggal 11 Februari 2004 Kasad mengeluarkan Keputusan Kasad Nomor Kep / 29 / II / 2004 tentang Pengesahan Penggunaan Lambang Tanda Kesatuan Pusara Direktorat Pembekalan Angkutan TNI AD "Dharmagati Ksatria Jaya", pada bagian–bagian gambar tersebut memiliki arti sebagai berikut :

 
 

 
































1) Delapan arah penjuru mata angin melambangkan :

a) Delapan azas dalam penyelenggaraan Bekang TNI AD.
b) Perencanaan yang terintegratif dalam penyelenggaraan sistem pembekalan.
c) Pelayanan dalam rangka pendistribusian bekal / materiil dan pasukan / personel.

2) Lingkaran dengan delapan gerigi melambangkan :

a) Delapan prinsip dalam penyelenggaraan Bekang TNI AD.
b) Kebulatan tekad dan gerak terus menerus yang dinamis dalam penyelenggaraan pembekalan angkutan dalam mendukung tugas TNI AD.

3) Bintang segi lima dengan makna :

a) Tujuan tertinggi yang dicapai adalah kesejahteraan dan kejayaan bagi prajurit TNI AD untuk mengamankan dan mempertahankan kedaulatan NKRI.
b) Jiwa falsafah bangsa yakni Pancasila.
c) Ketuhanan Yang Maha Esa.

4) Arti nama Saloka “Dharmagati Ksatria Jaya”.

a) Dharma : Pengabdian
b) Gati : Perhatian gerak yang dinamis.
c) Ksatria : Sena/prajurit.
d) Jaya : Unggul/kemenangan/keberhasilan.

Arti bebas : Pengabdian dan perhatian yang dinamis serta terus menerus kepada prajurit, agar unggul dalam melaksanakan tugas pokoknya.

5) Makna. Tata warna mempunyai arti :

a) Putih : Suci, bersih, murni dan tulus.
b) Kuning : Ksatria dan berbudi luhur.
c) Hitam : Bijaksana, setia dan teguh abadi.
d) Hijau : Cita-cita, kemakmuran, harapan, teduh & sejuk
e) Coklat : Keteguhan hati.

d. Pada tanggal 12 Februari 2004 Kasad mengeluarkan Keputusan Nomor Kep / 21 / II / 2004 tentang Pengesahan Penggunaan Tanda Corps / Kecabangan Corps Pembekalan Angkutan (CBA) TNI Angkatan Darat.

e. Pada tanggal 24 Maret 2004, Peresmian Corps Pembekalan Angkutan berdasarkan Surat Telegram Kasad Nomor ST / 271 / 2004 tanggal 23 Maret 2004 tentang pelaksanaan peresmian Corps Pembekalan Angkutan (CBA) TNI AD di Maditbekangad dengan Irup Kasad Jenderal TNI Ryamizard Ryacudhu.


f. Atas dasar historis ini pula maka pada tanggal 24 Maret ditetapkan sebagai hari jadi Pembekalan Angkutan TNI Angkatan Darat.

g. Keputusan Kasad Nomor Kep / 16 / III / 2005 tanggal 7 Maret 2005 tentang Organisasi dan Tugas Direktorat Pembekalan Angkutan (Orgas Ditbekangad yang saat ini berlaku).
 

 Gbr. 11 Upacara.Penggabungan Corps 24 April 2004

Pemisahan (1951 - 1984)

Pada periode ini masing-masing organisasi yang menangani fungsi Intendans dan fungsi Angkutan berkembang sesuai tuntutan profesionalisme yang ditandai dengan berdirinya Pusat Pendidikan dengan kronologi sebagai berikut :
  a. Intendans.
 1) Pada tanggal 22 Juni 1952, berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor : M.198 / Kasad / Kpts / 1952, diresmikan Pataka Intendans “BHAKTI KSATRIA JAYA” bersamaan dengan peresmian tersebut DIAD berubah menjadi Corps Intendans Angkatan Darat (CIAD).
 





2) Sejalan dengan perkembangan organisasi TNI Angkatan Darat, maka pada tahun 1958 Menteri Panglima Angkatan Darat telah mengeluarkan penetapan nomor TAP 05 tahun 1958 yang prinsipnya menentukan administrasi tugas pokok dan dasar-dasar fungsi organisasi serta pembinaan personel dan materiil-materiil Angkatan Darat, sebagai landasan dan pedoman dalam penentuan kebijaksanaan penyusunan organisasi. Akibat dari keluarnya penetapan Menteri Panglima Angkatan Bersenjata tersebut Corps Intendans Angkatan Darat (CIAD) berubah menjadi Direktorat Intendans Angkatan Darat (DITINTAD). Dan tahun 1960 berubah pula struktur pengorganisasian Intendans sebagai berikut :

a) Direktorat Intendans yang memiliki fungsi dalam bidang-bidang urusan personel, urusan usaha dengan tata buku kontrak, urusan pembekalan bekal - bekal Intendans dan Har Jasa, urusan Litbang dan pengawasan sedangkan pelaksana-pelaksana utamanya terdiri dari instalasi lembaga Intendans. Pada saat itu sudah dikenal Istilah Depo Intendans yang mendapat tugas kebendaharawanan dari Dir Int, sama seperti tugas Pa Int Dam di daerah.

b) Pelaksana Intendans daerah yang semula dengan sebutan Corps Intendans Teritorium (CIT) berubah dengan sebutan Intendans Daerah Militer (Intdam) yang melaksanakan sistem pelayanan wilayah bagi satuan/jawatan yang organik maupun yang di BP-kan kepada Kodam.

3) Agar pengorganisasian Intendans sesuai dengan jiwa TAP 05 tahun 1958 maka ditetapkan pengertian-pengertian tentang Intendans sebagai berikut :


a) Corps Intendans Angkatan Darat merupakan salah satu cabang pokok Angkatan Darat yang bersifat Jawatan Teknis.
 b) Dit Int adalah suatu badan pelayanan utama di tingkat Pusat yang dipimpin oleh Direktur Intendans pembina pusat kecabangan Intendans.
 c) Do Int adalah sebagai pelaksana pusat yang bertugas sebagai titik awal dalam penyaluran bekal-bekal Intendans yang dipimpin oleh Pamen Corps Intendans.
 d) Den Int adalah sebagai pelaksana pusat yang ditempatkan dan diperbantukan secara langsung kepada salah satu Komando Utama Angkatan Darat dengan pimpinan seorang Pamen Cin sebagai Dandenint.
 e) KI Int adalah pelaksana pusat yang bila keadaan memerlukan/diperbantukan secara langsung kepada satuan Brigade Satpur/ Banpur dengan pimpinan seorang Pama Cin sebagai Dankiint.
f) Intdam adalah badan pelayanan utama ditingkat Kodam, merupakan badan pelaksana daerah dilingkungan Intendans dengan dipimpin seorang Pamen Cin sebagai Pa Intdam.
g) Teplan adalah suatu badan pelayanan daerah yang dibentuk bila keadaan memerlukan dan merupakan titik akhir pelayanan bekal/jasa Intendans kepada satuan perawatan dengan pimpinan seorang Perwira Cin sebagai Danteplan.
 h) Lapangan Kekuasaan Teknis (LKT) Intendans adalah suatu bidang kekuasaan dari Direktur Intendans untuk menentukan petunjuk-petunjuk teknis dalam bidang pembinaan materiil Intendans.

  Pada tahun 1965 terjadi perubahan organisasi :

 a) Struktur Direktorat Intendans (Ditint) berubah dengan menggunakan Asisten Direktur (Asdir) yang bersifat managerial (sebagai koordinator dan supervisi staf Direktur) dalam bidang perencanaan, pelaksanaan / pemindahan dan daya guna / daya ekonomi penggunaan benda-benda / dana dan tenaga Intendans guna mencapai hasil yang optimal.

 b) Badan-badan staf yang terdiri dari dinas-dinas yang mengurus bidang-bidang usaha pembekalan dan anggaran, struktur pengorganisasian daerah tidak banyak berubah, hanya ada pemisahan type menurut daerahnya. Untuk Kodam dalam Jawa menggunakan type A dan Kodam luar Jawa menggunakan type B dan begitu pula struktur Tepbek dengan perbedaan-perbedaan luas lingkup perawatannya dipisahkan dengan type-type A, B dan C.



5) Pada tahun 1967 - 1970.

 a) Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Panglima Bersenjata Nomor Kep / A / 157/IV/1970 tanggal 13 April 1970 tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur TNI AD yang bersumber dari KEPPRES RI 79 tahun 1969 maka DITINTAD mengalami reorganisasi menjadi dua badan yang terpisah yaitu:

 (1) Pusat Intendans komando Pengembangan Pendidikan dan latihan Angkatan Darat (Pusint Kobangdiklat) yang dipimpin oleh Brigjen TNI Soepangat.

 (2) Komando Pembekalan Komando Logistik Angkatan Darat (Kobek Kologad) yang dipimpin Kolonel Cin Amri Abdullah.



b) Pusat Intendans Komando Pengembangan Pendidikan dan latihan (Pusint Kobangdiklat) Angkatan Darat mempunyai tugas dan kewajiban sebagai pembina kecabangan teknis Intendans yang mencakup bidang peng-organisasian pendidikan dan latihan (software) pengembangan taktik dan teknik serta sistem alat peralatan dan administrasi Intendans dan pembekalan bekal-bekal Intendans dan Harjasa (hardware).


  6) Pada tahun 1970 - 1978 adanya pemisahan antara Pusint Kobangdiklat dengan Kobek Kologad seakan-akan hampir kehilangan pedoman dalam pembinaan teknis kecabangan Intendans, karena sangat menyimpang dari pengertian-pengertian kecabangan yang selama ini secara logika berpikir tidak mungkin pembina kecabangan dapat dipisahkan dalam software dan hardware.



7) Pada tahun 1976. Dengan keluarnya KEPPRES RI Nomor 7 tahun 1974 sebagai penyempurnaan KEPPRES RI Nomor 79 tahun 1969 maka keluarlah Surat Keputusan Menhan/Pangab Nomor Skep/18 / 1976 tanggal 28 April 1976 tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur TNI Angkatan Darat, dimana Intendans dengan sebutan Disbekumad (Dinas Pembekalan Umum Angkatan Darat) yang disahkan oleh Kasad Nomor Kep / 17 / VIII / 1978 tanggal 21 Agustus 1978.



8) Pada tanggal 26 Oktober 1983 Dinas Pembekalan Umum Angkatan Darat dirubah menjadi Jawatan Intendans TNI Angkatan Darat (Janintad). Berdasarkan Perintah Operasi Kasad Nomor 1 tanggal 22 September 1984, Jawatan Intendans Angkatan Darat dan Jawatan Angkutan Darat Militer Angkatan Darat dengan landasan kerja tertuang dalam Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/ 31/ V / 1985 tanggal 27 Mei 1985 tentang reorganisasi Jawatan Intendans Angkatan Darat dan Jawatan Angkutan Angkatan Darat menjadi Direktorat Pembekalan dan Angkutan Angkatan Darat didasarkan pada Surat Keputusan Kasad Nomor Skep / 796 / IX / 1985 tanggal 17 September 1985 dan mulai berfungsi secara administrasi terhitung mulai tanggal 18 September 1985.Peresmian pembentukan Ditbekangad dilaksanakan dalam suatu upacara di Jakarta (Maditbekangad) pada tanggal Surat Keputusan Kasad Nomor Skep / 281 / III / 1986 tanggal 19 Maret 1986 telah disahkan penggunaan Tanda Kesatuan Ditbekangad (Pusara) Dharmagati Ksatria Jaya.



b. Angkutan.



1) Pada tahun 1952. DAAD mengalami perkembangan dibidang pendidikan untuk personel angkutan dengan ditandai terbentuknya tiga Lembaga Pendidikan Pengemudi di beberapa daerah yaitu :

 a) Berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor / 86 / Kasad / 52, pada tanggal 15 Maret 1952, DAAD menerima penyerahan lembaga pendidikan yang mendidik pengemudi dari Direktorat Infanteri yang dinamakan Sekolah Pengemudi Kendaraan Bermotor (SPKB), dipusatkan di Cimahi dengan sebutan SDAAD I dengan Komandannya Kapten R.M Soemarto.

 b) Pada tanggal 21 Mei 1952, SPKB Teritorium IV ini diserahkan kepada SDAAD II di Semarang dengan Komandannya Lettu Soetarto.

 c) Pada tahun 1954, dibuka Sekolah Pengemudi Kendaraan Bermotor (SPKB) di Turen Jawa Timur disebut SDAAD III dengan Komandannya Lettu S. Marlan.

d) Sesuai dengan Surat Keputusan Kasad Nomor Skep / 154 / KSAD / Kpts / 55 diadakan perubahan SDAAD I Cimahi menjadi Pusat Pendidikan Angkutan Angkatan Darat (PPAAD) dan SDAAD II di Semarang menjadi SPKB I serta SDAAD III di Turen Jawa Timur menjadi SPKB II.

 2) Pada tanggal 27 Pebruari 1956 Direktur Direktorat Angkutan Angkatan Darat diserahterimakan dari Mayor Soekarjo kepada Letkol Dr. Soewondo.

 3) Berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor Skep / 500 / KSAD / Kpts /55-56 tanggal 3 Maret 1956 organisasi DAAD Pusat disesuaikan dengan TOP yang baru. Telah terbentuknya Inspektorat Jenderal Pendidikan dan Latihan (ITJEN PL), berdasarkan Surat Perintah Kasad Nomor SP-127/ 6 / 1956 tanggal 7 Juni 1956, maka pada tanggal 11 Juli 1956 tiga Lembaga Pendidikan Angkutan PPAAD, SPKB I dan SPKB II diserahkan oleh Direktur DAAD kepada ITJEN PL dan selanjutnya disebut Resimen Induk Angkutan (Rinang) dengan Komandannya Mayor Herman Nitiratmojo.

 4) Sesuai dengan Surat Direktur DAAD Nomor Kpts-382 / 10 / 56 tanggal 31 Oktober 1956 Lembaga Angkutan dirubah status dan namanya sebagai berikut :

 a) KPAA menjadi Batalyon Angkutan Air.

b) KPKB menjadi Batalyon Kuda Beban.

c) KPPU menjadi Batalyon Angkutan Udara.

d) KIPAB menjadi Ki Truk dengan status tetap.

 5) Pada tanggal 23 April 1958 berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor Kpts / 234 / 4 / 1958 ditetapkan bahwa tanggal 24 April sebagai Hari Angkutan TNI AD (mengambil hari bersejarah 24 April 1946) maka pada tanggal 24 April 1958 diadakan perayaan HUT Corps Angkutan yang ke I secara menyeluruh di lapangan Oerip Oemohardjo Jatinegara sekaligus menerima Pataka Corps Angkutan dari Kasad Jenderal Mayor A. H. Nasution kepada DIR DAAD Kolonel Dr. Soewondo, juga peresmian Corps Divice “SENA ANANTA DHARMAGATI”.


 
 





6) Pada tahun 1958, berdasarkan Ketetapan Menteri Panglima Angkatan Bersenjata Nomor TAP-05, DAAD dirubah menjadi Direktorat Angkutan Angkatan Darat (DITANG) dengan Direktur yang pertama Kolonel Dr. Soewondo dan kemudian pada tanggal 15 Desember 1959 digantikan oleh Kolonel Utoyo Utomo.

 7) Pada tanggal 13 April 1970, berdasarkan Surat Keputusan Menhankam/Pangab Nomor Skep/ A/157/ 1970, Ditang mengalami reorganisasi menjadi dua badan yang terpisah yaitu :

 a) Pusat Angkutan Komando Pengembangan Pendidikan dan latihan Angkatan Darat (Pusang Kobangdiklat) yang dipimpin oleh Brigjen TNI Mustafa Kamal Nasserie.

 b) Komando Angkutan Komando Logistik Angkatan Darat (Koang Kologad) yang dipimpin oleh Brigjen TNI Joes Adipermono.

 8) Pada tanggal 28 April 1976, berdasarkan Keputusan Menhankam / Pangab Nomor Kep / 16 / IV / 1976 organisasi Pusang Kobangdiklat Angkatan Darat dan Koang Kologad dijadikan satu wadah menjadi Jawatan Angkutan Darat Militer Angkatan Darat (Janangratmilad) yang dipimpin oleh Brigjen TNI Hartejo.

 9) Pada tanggal 22 September 1984, berdasarkan Perintah Operasi Kasad Nomor 01 diperintahkan kepada Janintad dan Janangratmilad untuk melaksanakan likwidasi menjadi Ditbekangad.

sejarah BEKANG PERIODE TAHUN 1951 – 1985

Pada periode ini kedua organisasi yaitu Direktorat Intendans Angkatan Darat (DIAD) dan Direktorat Angkutan Angkatan Darat (DAAD) mengalami perkembangan sesuai fungsi masing-masing demi meningkatkan profesionalisme sesuai fungsi.

sejarah BEKANG periode 1945 - 1949

Setelah proklamasi kemerdekaan, dalam perkembangannya organisasi cikal bakal Intendans dan Angkutan mengalami beberapa kali perubahan nama organisasi, namun dari nama-nama tersebut tidak satupun terjadi perubahan fungsi baik yang menyangkut fungsi pelayanan pembekalan pasukan maupun fungsi Angkutan. Pada periode ini Badan Pengumpul menggunakan lambang Corps Helm dengan bingkai Padi Kapas, sementara Infantri “A” (yang kelak dikemudian hari menjadi Corps Angkutan Militer) menggunakan lambang Corps Senapan Silang.

a. Intendans.
 


 
1) Intendans menurut asal usul kata berasal dari Bahasa Perancis yang memiliki arti kurang lebih organisasi yang melayani kebutuhan rumah tangga kerajaan.
 2) Intendans menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua terbitan Balai Pustaka tahun 1989 adalah bagian organisasi militer yang mengurus makanan, pakaian dan bahan-bahan lain.
 3) Badan Pengumpul Markas Tertinggi TKR (BPMTTKR) berdirinya pada tanggal 1 Nopember 1945 (saat itu belum dikenal Intendans dan tanggal tersebbut pada perjalanan sejarahnya dikenal sebagai Hari Intendans) pada saat itu Badan Pengumpul yang berkedudukan di Markas Tertinggi TKR memiliki tugas mengumpulkan bekal dan perlengkapan yang diperlukan dalam mendukung tugas TKR.
 4) Beberapa perubahan nama BPMTTKR sebelum menjadi Intendans adalah :

  a) Inspektur Perlengkapan Kementrian Pertahanan
  (IPKP).

  b) Djawatan Perlengkapan Angkatan Darat (DPAD)
  yang berada pada Staf “Q” (Quarter Master) pada
  organisasi Angkatan Darat dengan pimpinan DPAD
  saat itu adalah :
  (1) Tahun 1945 - 1948 Jenderal Mayor Soetomo
  (Bung Tomo).
  (2) Tahun 1948 - 1949 Mayor Trisno Soedomo

b. Angkutan.

 


 1) Pada tanggal 19 Agustus 1945 di Jawa Tengah berdiri organisasi Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) dengan tugas sebagai pelaksana pengamanan kereta api yang dipimpin oleh Prawoto Koesoemo. Untuk menyesuaikan dengan situasi dimana yang boleh bersenjata hanya petugas keamanan, maka pada tanggal 17 Nopember 1945 dibentuklah Polisi Kereta Api (PKA), akibat pertempuran “Lima Hari” di Semarang pada tanggal 15 Oktober 1945 melawan Jepang AMKA dan PKA terpaksa meninggalkan kota Semarang dan mengadakan konsolidasi pada tanggal 19 Nopember 1945 di Brumbung di bawah pimpinan Azhari Danoedirjo. Dalam tahun yang sama AMKA mengalami beberapa kali perubahan nama yaitu :
a) Di Yogyakarta pada tanggal 20 Desember 1945 dibentuk Tentara Keamanan Rakyat Kereta Api (TKR-KA) dipimpin oleh Jenderal Mayor Soemarno.
 b) Pada tanggal 25 Januari 1946 dibentuk Tentara Republik Indonesia Kereta Api (TRI-KA).
 c) Pada tanggal 6 Mei 1946 Divisi Infantri “A” dibawah pimpinan Letnan Kolonel Samsoedarso yang berkedudukan di Yogyakarta.
 
















 
 


 2) Pada tahun 1946 Divisi Infantri “A” mendapat tugas mengangkut tawanan AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) yaitu Tentara Jepang yang telah dilucuti dengan menggunakan beberapa modus angkutan. Atas perintah Panglima Divisi VIII Jenderal Mayor Imam Sujadi, Mayor Ismoingin membentuk Dinas Angkutan Tentara (DAT) yang bertugas untuk mengangkut tentara Jepang yang telah dilucuti, dari Yogyakarta menuju Jakarta dengan menggunakan berbagai modus angkutan yang terintegratif dalam satu “Operasi” yang dilaksanakan pada tanggal 24 April 1946 merupakan tugas pertama sejak TKR berdiri, maka tanggal 24 April yang merupakan hari bersejarah tersebut dalam perjalananya dijadikan Hari Angkutan. Dalam perkembangannya DAT ini mengalami perkembangan dan perubahan nama yaitu pada bulan Maret 1946 DAT berubah menjadi BAT (Balai Angkutan Tentara) yang didalamnya terdapat AMB (Auto Mobile Batalyon) dengan Komandan AMB saat itu adalah Kapten M.NG. Soedarto.
 3) Pada tanggal 11 Nopember 1946 Dewan Pertahanan Negara membentuk Panitia Angkutan Darat (PAD) dan dalam Perang Kemerdekaan I, PAD digabungkan dengan BAT menjadi Inspektorat Angkutan.
 4) Pada tanggal 18 September 1948 yaitu pada saat peristiwa Madiun, Inspektorat Angkutan berubah menjadi Inspektorat Pengangkutan Staf Khusus Angkatan Darat (IPSKAD) dibawah pimpinan Mayor Samsoedarso yang kemudian gugur di Banjarejo Walikukun Jawa Timur saat pertempuran menghadapi PKI MUSO / Peristiwa Madiun.
 5) Pada tahun 1949 dibeberapa wilayah Indonesia khususnya di luar Pulau Jawa terjadi beberapa pemberontakan yang ingin melepaskan diri dari NKRI yaitu DI/TII RMS. Untuk mendukung kegiatan operasi penumpasan DI/TII dan RMS tersebut maka :
 a) Pada tanggal 27 Desember 1949, Djawatan Perlengkapan Angkatan Darat (DPAD) dan Inspektorat Pengangkutan Staf Khusus Angkatan Darat (IPSKAD) digabung dalam satu wadah organisasi yang bernama Dinas Perlengkapan dan Angkutan Tentara (DPAT), berkedudukan di Staf “Q” yang dipimpin oleh Mayor R. Soeprayogi dan kemudian digantikan oleh Kapten Koeswondo. Dalam organisasi DPAT ini terdapat dua Corps yaitu Corps Intendans yang menangani fungsi perlengkapan dengan Logo Corps Helm dilingkari Padi Kapas, sedangkan Inspektorat Pengangkutan pada saat itu masih tetap menggunakan Logo Corps Senapan Silang.
 

 


 

















  b) Pada tanggal 1 Desember 1951, berdasarkan Surat
  Keputusan Kasad Nomor : O / 23 / 9 / Kpts / 1951, untuk
  mendapatkan efisiensi dan efektifitas yang lebih mantap,
  diadakan reorganisasi DPAT dipisahkan kembali menjadi
  dua organisasi yaitu :
 
(1) Direktorat Intendans Angkatan Darat (DIAD) yang menangani fungsi Intendans.

(2) Direktorat Angkutan Angkatan Darat (DAAD) yang menangani fungsi Angkutan.

sejarah BEKANG periode TAHUN 1945 – 1951

Jauh sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia di Proklamirkan, sejarah membuktikan bahwa keberadaan dukungan logistik dan angkutan selalu tampil dan ikut ambil bagian dalam perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Namun sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat itu, susunan organisasi dan kegiatannya masih bersifat spontan sebatas menjawab tantangan dan kebutuhan perjuangan pada saat itu dan belum terorganisir dengan baik seperti saat ini. Terbentuklah suatu wadah yang mengemban tugas dan tanggung jawab yang disesuaikan dengan tuntutan situasi dan kondisi saat itu yaitu Badan Pengumpul yang menangani perlengkapan dan Organisasi Kepemudaan yang melaksanakan pengangkutan Tentara di Jawa Tengah, yaitu Angkatan Muda Kereta Api, yang pada akhirnya kedua Organisasi itu dalam perkembangannya merupakan cikal bakal Corps Intendans dan Corps Angkutan Militer TNI AD.

Kisah Jenderal dan Prajurit

Dikisahkan ada seorang jenderal di kisah Tiga Negara di Negeri Tiongkok ketika pertempuran Tiga Negara berlangsung. Bila dia melewati suatu desa, maka di desa itu dia merekrut dan mengajak bergabung laki-laki yang sudah cukup umur untuk bergabung. Dan bila setiap 3 sampai 5 tahun lagi ketika jenderal itu melewati desa-desa itu, dia kembali merekrut calon pasukan untuk diajak bertempur. Suatu ketika ada seorang prajuit berkuda yang membawa surat dari para prajurit di medan perang yang masih hidup untuk keluarga di desa masing-masing. Ketika kurir ini memasuki desa, maka para penduduk mulai berkumpul di balai desa dari ibu-ibu sampai para manula yang berjalan harus dibantu tongkat, untuk mendapatkan kabar tentang keluarga mereka yang ikut perang. Memang ada beberapa penduduk desa yang masih buta huruf, sehingga harus dibantu prajurit untuk membacakan surat dari anaknya.

Di salah satu surat yang dibacakan kepada seorang ibu, surat itu memberitahukan kalau anak ibu itu masih selamat di pertempuran, setelah mengalami kejadian yang paling mengerikan. Ketika itu, pasukan sang jenderal mundur kembali ke baraknya. Anak dari ibu itu, ketika berjalan bersama pasukannya untuk kembali, kakinya tidak sengaja terkena perangkap yang ada racunnya yang dipasang oleh musuh di tanah. Kaki prajurit itu robek, darah sedikit demi sedikit keluar dari luka itu. Prajurit itu tetap berjalan mengikuti prajurit yang lain untuk pulang ke barak. Tanpa disadarinya nanah akibat dari racun yang masuk melalui luka mulai keluar sedikit demi sedikit.

Langkah semakin berat karena di sekitar luka di kaki mulai terasa sakit yang tak terkirakan. Langkah semakin berat, kaki semakin sulit untuk digerakkan dengan leluasa. Nanah yang bercampur dengan darah mulai membanjir keluar dikarenakan sobekan luka yang semakin besar karena kaki terus dipaksa berjalan. Harus terus dipaksa berjalan karena kalau berhenti berbahaya sekali karena ini masih wilayah kekuasaan musuh. Berbahaya kalau tiba-tiba ada musuh menyusul dari belakang. Titik pandangan pasukan yang paling belakang semakin hilang karena tidak bisa menyusul teman-teman yang semakin jauh. Padahal luka semakin sakit rasanya. Darah dan nanah mulai membanjir keluar dari luka. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara derap kuda yang semakin mendekat. Siapakah yang datang mendekat? Ternyata suara itu datang dari arah depan. Mulai terlihat sedikit demi sedikit yang datang adalah sang jenderal yang menunggangi kudanya. Sang jenderal menarik tangan prajurit yang terluka, membantunya untuk menaiki kudanya. Setelah itu, sang Jendral memacu kudanya mengarah ke barak pasukan. Semakin cepat kuda itu berlari, sehingga melewati barisan pasukan demi pasukan sehingga dapat menyalip seluruh pasukan yang sedang menuju kembali ke barak. Setelah menjadi yang tiba pertama kali di barak sang jenderal membantu prajurit yang terluka untuk turun dari kudanya sampai akhirnya prajurit muda itu bisa mendapatkan tempat duduk.

Setelah itu jenderal itu membuka sepatu milik prajurit yang terluka itu di sebelah yang sudah robek, yang bercampur darah dan nanah yang sangat banyak. Jendral itu membantu membasuh kaki si prajurit dengan air bersih dan setelah itu sang jenderal berusaha mengeluarkan racun di kaki prajurit itu dengan dihisap dengan mulutnya sendiri. Tiba-tiba ibu yang dibacakan surat dari anaknya ini berteriak histeris : “Anakku sudah mati, sudah mati anakku!!!!” Sang pembaca berita bengong dan bertanya “Ibu, anak ibu masih hidup, dia sekarang masih ada di barak”. “Kenapa dibilang sudah mati?”. Ibu itu yang masih histeris karena sedih berkata, “karena persis terjadi seperti bapaknya dahulu. Bapaknya dulu terkena panah beracun di lengannya dan ditolong oleh sang jenderal seperti dia menolong anakku. Karena perlakuan jenderal pada suamiku, maka dia berjuang dengan berani mati membela pasukan jenderal, sehingga akhirnya bapaknya anakku itu tewas di pertempuran. Maka akan samalah nasib anakku dengan bapaknya, akan berani mati bertempur di medan peperangan.”

Ini adalah cerita yang diceritakan oleh Tung Desem Waringin. Yang dimaksudkan di sini adalah apakah bisa, kita sebagai pemimpin membuat bawahan kita, anak buah kita, pegawai kita benar-benar berjuang untuk kita membela kita sampai titik darah penghabisan? Apakah kita bisa menjadi pemimpin seperti itu yang memotivasi bawahan kita untuk menghasilkan kinerja yang luar biasa?

Intoduce MY SELF

welcome to my NEW BLOG
lets introduce my self
Putra Tidar 217