Dikisahkan ada seorang jenderal di kisah Tiga Negara di Negeri Tiongkok ketika pertempuran Tiga Negara berlangsung. Bila dia melewati suatu desa, maka di desa itu dia merekrut dan mengajak bergabung laki-laki yang sudah cukup umur untuk bergabung. Dan bila setiap 3 sampai 5 tahun lagi ketika jenderal itu melewati desa-desa itu, dia kembali merekrut calon pasukan untuk diajak bertempur. Suatu ketika ada seorang prajuit berkuda yang membawa surat dari para prajurit di medan perang yang masih hidup untuk keluarga di desa masing-masing. Ketika kurir ini memasuki desa, maka para penduduk mulai berkumpul di balai desa dari ibu-ibu sampai para manula yang berjalan harus dibantu tongkat, untuk mendapatkan kabar tentang keluarga mereka yang ikut perang. Memang ada beberapa penduduk desa yang masih buta huruf, sehingga harus dibantu prajurit untuk membacakan surat dari anaknya.
Di salah satu surat yang dibacakan kepada seorang ibu, surat itu memberitahukan kalau anak ibu itu masih selamat di pertempuran, setelah mengalami kejadian yang paling mengerikan. Ketika itu, pasukan sang jenderal mundur kembali ke baraknya. Anak dari ibu itu, ketika berjalan bersama pasukannya untuk kembali, kakinya tidak sengaja terkena perangkap yang ada racunnya yang dipasang oleh musuh di tanah. Kaki prajurit itu robek, darah sedikit demi sedikit keluar dari luka itu. Prajurit itu tetap berjalan mengikuti prajurit yang lain untuk pulang ke barak. Tanpa disadarinya nanah akibat dari racun yang masuk melalui luka mulai keluar sedikit demi sedikit.
Langkah semakin berat karena di sekitar luka di kaki mulai terasa sakit yang tak terkirakan. Langkah semakin berat, kaki semakin sulit untuk digerakkan dengan leluasa. Nanah yang bercampur dengan darah mulai membanjir keluar dikarenakan sobekan luka yang semakin besar karena kaki terus dipaksa berjalan. Harus terus dipaksa berjalan karena kalau berhenti berbahaya sekali karena ini masih wilayah kekuasaan musuh. Berbahaya kalau tiba-tiba ada musuh menyusul dari belakang. Titik pandangan pasukan yang paling belakang semakin hilang karena tidak bisa menyusul teman-teman yang semakin jauh. Padahal luka semakin sakit rasanya. Darah dan nanah mulai membanjir keluar dari luka. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara derap kuda yang semakin mendekat. Siapakah yang datang mendekat? Ternyata suara itu datang dari arah depan. Mulai terlihat sedikit demi sedikit yang datang adalah sang jenderal yang menunggangi kudanya. Sang jenderal menarik tangan prajurit yang terluka, membantunya untuk menaiki kudanya. Setelah itu, sang Jendral memacu kudanya mengarah ke barak pasukan. Semakin cepat kuda itu berlari, sehingga melewati barisan pasukan demi pasukan sehingga dapat menyalip seluruh pasukan yang sedang menuju kembali ke barak. Setelah menjadi yang tiba pertama kali di barak sang jenderal membantu prajurit yang terluka untuk turun dari kudanya sampai akhirnya prajurit muda itu bisa mendapatkan tempat duduk.
Setelah itu jenderal itu membuka sepatu milik prajurit yang terluka itu di sebelah yang sudah robek, yang bercampur darah dan nanah yang sangat banyak. Jendral itu membantu membasuh kaki si prajurit dengan air bersih dan setelah itu sang jenderal berusaha mengeluarkan racun di kaki prajurit itu dengan dihisap dengan mulutnya sendiri. Tiba-tiba ibu yang dibacakan surat dari anaknya ini berteriak histeris : “Anakku sudah mati, sudah mati anakku!!!!” Sang pembaca berita bengong dan bertanya “Ibu, anak ibu masih hidup, dia sekarang masih ada di barak”. “Kenapa dibilang sudah mati?”. Ibu itu yang masih histeris karena sedih berkata, “karena persis terjadi seperti bapaknya dahulu. Bapaknya dulu terkena panah beracun di lengannya dan ditolong oleh sang jenderal seperti dia menolong anakku. Karena perlakuan jenderal pada suamiku, maka dia berjuang dengan berani mati membela pasukan jenderal, sehingga akhirnya bapaknya anakku itu tewas di pertempuran. Maka akan samalah nasib anakku dengan bapaknya, akan berani mati bertempur di medan peperangan.”
Ini adalah cerita yang diceritakan oleh Tung Desem Waringin. Yang dimaksudkan di sini adalah apakah bisa, kita sebagai pemimpin membuat bawahan kita, anak buah kita, pegawai kita benar-benar berjuang untuk kita membela kita sampai titik darah penghabisan? Apakah kita bisa menjadi pemimpin seperti itu yang memotivasi bawahan kita untuk menghasilkan kinerja yang luar biasa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar