Setelah proklamasi kemerdekaan, dalam perkembangannya organisasi cikal bakal Intendans dan Angkutan mengalami beberapa kali perubahan nama organisasi, namun dari nama-nama tersebut tidak satupun terjadi perubahan fungsi baik yang menyangkut fungsi pelayanan pembekalan pasukan maupun fungsi Angkutan. Pada periode ini Badan Pengumpul menggunakan lambang Corps Helm dengan bingkai Padi Kapas, sementara Infantri “A” (yang kelak dikemudian hari menjadi Corps Angkutan Militer) menggunakan lambang Corps Senapan Silang.
a. Intendans.
1) Intendans menurut asal usul kata berasal dari Bahasa Perancis yang memiliki arti kurang lebih organisasi yang melayani kebutuhan rumah tangga kerajaan.
2) Intendans menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua terbitan Balai Pustaka tahun 1989 adalah bagian organisasi militer yang mengurus makanan, pakaian dan bahan-bahan lain.
3) Badan Pengumpul Markas Tertinggi TKR (BPMTTKR) berdirinya pada tanggal 1 Nopember 1945 (saat itu belum dikenal Intendans dan tanggal tersebbut pada perjalanan sejarahnya dikenal sebagai Hari Intendans) pada saat itu Badan Pengumpul yang berkedudukan di Markas Tertinggi TKR memiliki tugas mengumpulkan bekal dan perlengkapan yang diperlukan dalam mendukung tugas TKR.
4) Beberapa perubahan nama BPMTTKR sebelum menjadi Intendans adalah :
a) Inspektur Perlengkapan Kementrian Pertahanan
(IPKP).
b) Djawatan Perlengkapan Angkatan Darat (DPAD)
yang berada pada Staf “Q” (Quarter Master) pada
organisasi Angkatan Darat dengan pimpinan DPAD
saat itu adalah :
(1) Tahun 1945 - 1948 Jenderal Mayor Soetomo
(Bung Tomo).
(2) Tahun 1948 - 1949 Mayor Trisno Soedomo
b. Angkutan.
1) Pada tanggal 19 Agustus 1945 di Jawa Tengah berdiri organisasi Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) dengan tugas sebagai pelaksana pengamanan kereta api yang dipimpin oleh Prawoto Koesoemo. Untuk menyesuaikan dengan situasi dimana yang boleh bersenjata hanya petugas keamanan, maka pada tanggal 17 Nopember 1945 dibentuklah Polisi Kereta Api (PKA), akibat pertempuran “Lima Hari” di Semarang pada tanggal 15 Oktober 1945 melawan Jepang AMKA dan PKA terpaksa meninggalkan kota Semarang dan mengadakan konsolidasi pada tanggal 19 Nopember 1945 di Brumbung di bawah pimpinan Azhari Danoedirjo. Dalam tahun yang sama AMKA mengalami beberapa kali perubahan nama yaitu :
a) Di Yogyakarta pada tanggal 20 Desember 1945 dibentuk Tentara Keamanan Rakyat Kereta Api (TKR-KA) dipimpin oleh Jenderal Mayor Soemarno.
b) Pada tanggal 25 Januari 1946 dibentuk Tentara Republik Indonesia Kereta Api (TRI-KA).
c) Pada tanggal 6 Mei 1946 Divisi Infantri “A” dibawah pimpinan Letnan Kolonel Samsoedarso yang berkedudukan di Yogyakarta.
2) Pada tahun 1946 Divisi Infantri “A” mendapat tugas mengangkut tawanan AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) yaitu Tentara Jepang yang telah dilucuti dengan menggunakan beberapa modus angkutan. Atas perintah Panglima Divisi VIII Jenderal Mayor Imam Sujadi, Mayor Ismoingin membentuk Dinas Angkutan Tentara (DAT) yang bertugas untuk mengangkut tentara Jepang yang telah dilucuti, dari Yogyakarta menuju Jakarta dengan menggunakan berbagai modus angkutan yang terintegratif dalam satu “Operasi” yang dilaksanakan pada tanggal 24 April 1946 merupakan tugas pertama sejak TKR berdiri, maka tanggal 24 April yang merupakan hari bersejarah tersebut dalam perjalananya dijadikan Hari Angkutan. Dalam perkembangannya DAT ini mengalami perkembangan dan perubahan nama yaitu pada bulan Maret 1946 DAT berubah menjadi BAT (Balai Angkutan Tentara) yang didalamnya terdapat AMB (Auto Mobile Batalyon) dengan Komandan AMB saat itu adalah Kapten M.NG. Soedarto.
3) Pada tanggal 11 Nopember 1946 Dewan Pertahanan Negara membentuk Panitia Angkutan Darat (PAD) dan dalam Perang Kemerdekaan I, PAD digabungkan dengan BAT menjadi Inspektorat Angkutan.
4) Pada tanggal 18 September 1948 yaitu pada saat peristiwa Madiun, Inspektorat Angkutan berubah menjadi Inspektorat Pengangkutan Staf Khusus Angkatan Darat (IPSKAD) dibawah pimpinan Mayor Samsoedarso yang kemudian gugur di Banjarejo Walikukun Jawa Timur saat pertempuran menghadapi PKI MUSO / Peristiwa Madiun.
5) Pada tahun 1949 dibeberapa wilayah Indonesia khususnya di luar Pulau Jawa terjadi beberapa pemberontakan yang ingin melepaskan diri dari NKRI yaitu DI/TII RMS. Untuk mendukung kegiatan operasi penumpasan DI/TII dan RMS tersebut maka :
a) Pada tanggal 27 Desember 1949, Djawatan Perlengkapan Angkatan Darat (DPAD) dan Inspektorat Pengangkutan Staf Khusus Angkatan Darat (IPSKAD) digabung dalam satu wadah organisasi yang bernama Dinas Perlengkapan dan Angkutan Tentara (DPAT), berkedudukan di Staf “Q” yang dipimpin oleh Mayor R. Soeprayogi dan kemudian digantikan oleh Kapten Koeswondo. Dalam organisasi DPAT ini terdapat dua Corps yaitu Corps Intendans yang menangani fungsi perlengkapan dengan Logo Corps Helm dilingkari Padi Kapas, sedangkan Inspektorat Pengangkutan pada saat itu masih tetap menggunakan Logo Corps Senapan Silang.
b) Pada tanggal 1 Desember 1951, berdasarkan Surat
Keputusan Kasad Nomor : O / 23 / 9 / Kpts / 1951, untuk
mendapatkan efisiensi dan efektifitas yang lebih mantap,
diadakan reorganisasi DPAT dipisahkan kembali menjadi
dua organisasi yaitu :
(1) Direktorat Intendans Angkatan Darat (DIAD) yang menangani fungsi Intendans.
(2) Direktorat Angkutan Angkatan Darat (DAAD) yang menangani fungsi Angkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar